Guru sebagai orang tua murid di sekolah
http://bengkuluekspress.com/wp-content/uploads/2012/11/GURU-SD.jpg |
Orang tua merupakan orang yang pertama dan yang utama yang wajib bertanggung
jawab atas pendidikan anaknya, tetapi tidak semua tugas mendidik dan
mengajar dapat dlaksanakan orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal
ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Oleh karena itu
keluarga membutuhkan bantuan sekolah untuk mengajar dan mendidik,
sekolah hanya melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan
orang tua di rumah. Orang tua juga membutuhkan sosok pengganti dirinya di sekolah yang bisa bertanggung jawab atas pendidikan anaknya. Oleh kerena itu peran dari seorang guru di sekolah sangatlah dibutuhkan.
Seorang guru harus bisa menjalin ikatan batin yang kuat dengan anak
didiknya. Sungguh ini sangatlah penting agar seorang guru bisa berperan menjadi
orangtua kedua bagi para murid supaya mereka merasa nyaman sekaligus
menyenangkan belajar di sekolah. Berikut adalah beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh seorang guru:
Rasa kasih dan sayang yang
perlu dibangun adalah rasa kasih sayang sebagaimana orangtua kepada anaknya.
Karena seorang guru bukanlah orangtua kandung bagi anak didiknya, sudah tentu
ekspresi dan bentuknya berbeda dengan orangtua kandung mereka dalam memberikan
rasa kasih dan sayang. Bahkan, beberapa pendapat mengatakan, memang harus
berbeda terutama kaitannya dengan kedekatan secara fisik karena pertimbangan
nilai dan etika yang semestinya berlaku. Namun, meskipun ekspresi dan bentuknya
berbeda, rasa kasih dan sayang yang bersumber dari dalam hati tetaplah perlu
dibangun dengan sebaik-baiknya oleh seorang guru yang ingin dicintai oleh anak
didiknya.
Rasa kasih dan sayang yang
dibangun oleh seorang guru akan membuatnya bersikap lembut kepada anak
didiknya. Sungguh, pendidikan yang dilakukan dengan kelembutan hati akan sangat
berkesan di hati anak didik. Di samping itu, anak didik pun akan dengan senang
hati mengikuti proses belajar mengajar yang diampu oleh sang guru. Di sinilah
sesungguhnya keberhasilan sebuah proses pendidikan diawali. Sebab, tidak ada
faktor yang lebih penting dari rasa senang dan semangat yang menyala pada diri anak
didik yang akan berhasil dalam belajar.
Setiap orangtua pasti ingin
memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Untuk memberikan yang terbaik ini,
orangtua bekerja dan berusaha dengan sekuat tenaga. Semua ini dilakukan agar
anaknya terpenuhi kebutuhannya, baik jasmani maupun ruhani, agar anaknya tumbuh
dan berkembang dalam asuhan yang menyenangkan, bahkan agar anaknya tidak
menerima dan mengalami hal-hal buruk yang pernah diterima dan dialami oleh
orangtuanya dahulu. Di sinilah kenapa orangtua dicintai dan dihormati dengan
setulusnya oleh anak-anaknya.
Sebagai orangtua yang kedua
bagi anak didik ketika berada di sekolah, seorang guru harus senantiasa
membangun kesadarannya untuk bisa memberikan yang terbaik kepada anak didiknya.
Memberikan yang terbaik kepada anak didik bagi seorang guru sudah tentu dalam
hal pendidikan. Dalam hal ini, satu tugas pokok yang terpenting adalah seorang
guru bisa mendidik anak didiknya dengan sebuah semangat sebagaimana mendidik
anaknya sendiri.
Bila kita ingin menjadi guru
yang berhasil dan dicintai oleh anak didik, sudah tentu sama sekali tidak
dibenarkan jika berpendapat, “Yang penting saya telah mengajar dan mendidiknya
dengan baik. Persoalan dia bisa atau tidak dalam menangkap materi yang saya
berikan, atau besok akan jadi apa, itu sudah bukan urusan saya.” Pendapat yang
seperti ini biasanya terlontar dari seorang guru yang tidak bisa menjadi
orangtua kedua yang baik bagi anak didiknya. Guru yang demikian tidak bisa
memberikan yang terbaik buat anak didiknya.
Salah satu kelebihan orangtua
terhadap anak-anaknya adalah mendampingi dengan senang hati dalam proses tumbuh
dan berkembangnya. Orangtua yang mencintai anak-anaknya tidak mungkin
meninggalkan anaknya dalam kesendirian, apalagi dalam keadaan bahaya.
Kepedulian orangtua dalam mendampingi anaknya merupakan fitrah yang sekaligus
sebagai upaya memberikan perlindungan. Oleh karena itu, anak merasakan damai
dan nyaman ketika berada di samping orangtuanya.
Meski bukan orangtua kandung,
seorang guru dapat membangun kepedulian yang kuat dalam hatinya untuk bisa
senantiasa mendampingi anak didiknya dengan senang hati. Sungguh, kesadaran
untuk senantiasa senang dalam mendampingi anak didik ini tidak bisa datang
dengan sendirinya atau secara tiba-tiba. Perlu dibangun dan dibina dengan
sebuah simpati sekaligus empati terhadap anak didik. Sudah tentu, mendampingi
anak didik ini terutama dalam masa-masa belajar di sekolah.
Tugas seorang guru memang
mendampingi anak didiknya. Akan tetapi, satu hal yang perlu penulis tegaskan di
sini adalah, “mendampingi dengan senang hati.” Sudah tentu, mendampingi dengan
senang hati akan berbeda dengan sekadar mendampingi. Anak didik adalah makhluk
Tuhan yang mempunyai jiwa, sama dengan kita, tentu akan bisa merasakan apabila
ada orang lain—dalam hal ini yang dimaksud adalah guru—yang mendampingi dengan
senang hati atau sekadar mendampingi. Di samping akan tampak dalam gestur
seseorang juga akan terasa dalam memberikan kenyamanan atau tidak. Maka,
seorang guru yang disenangi oleh anak didiknya adalah yang mendampingi mereka
dengan senang hati.
Demikian artikel dari saya, mudah-mudahan bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar